Objek Penelitian
Bahan penelitian yang terdapat di
lapangan, berupa singkapan batuan, yang biasanya ditemukan di tepi sungai, di
dasar sungai, atau terdapat di tepi jalan, tapi tidak menutup kemungkinan
terdapat di tempat lain. Bahan penelitian yang lain termasuk juga keadaan
bentang alam, jenis sungai dan lain-lain yang menunjang hasil penelitian dari
daerah penelitian. Singkapan-singkapan yang ditemukan, dideskripsi jenis
batuannya dan jurus kemiringan perlapisan batuan tersebut. Kemudian diteliti
juga unsur-unsur struktur geologi, horizon tanah dan sumber daya mineral bahan
galian.
Langkah – Langkah Peneltian
Langkah-langkah penelitian yang meliputi beberapa tahap pekerjaan yaitu tahap
persiapan, pengamatan lapangan, analisis data, dan tahap penyusunan laporan.
Tahap persiapan dilakukan sebelum
melakukan pekerjaan lapangan. Pada tahap ini dilakukan beberapa persiapan yang
menunjang kelancaran pekerjaan di lapangan. Persiapan yang dilakukan meliputi
hal-hal sebagai berikut :
- Penggambaran Peta Dasar
Peta dasar yang digunakan dalam
penelitian ini adalah peta topografi daerah penelitian, dengan skala 1:25000.
peta ini dibuat dengan mendigitasi peta AMS, skala 1: 50000.
- Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan
pengumpulan informasi tentang daerah penelitian dari peneliti-peneliti
terdahulu.
- Penafsiran peta topografi, analisa pola pengaliran sungai dan rencana lintasan penelitian di lapangan.
- Perizinan
Perizinan dilakukan dengan membuat
surat izin mulai dari tingkat universitas sampai pada tingkat pemerintahan
daerah yang bersangkutan.
Dalam melakukan pengamatan di
lapangan, metoda yang digunakan adalah metoda orientasi lapangan dan metoda
lintasan kompas dan pita ukur.
Metoda orientasi lapangan dilakukan
dengan ploting menggunakan kompas. Metoda ini sesuai untuk daerah terbuka
dengan ciri bentang alam yang sudah dikenali dan lokasi pengamatan yang relatif
berjauhan, sehingga dapat menghemat waktu dan tenaga.
Metoda lintasan kompas dan pita ukur
dilakukan dengan memperhitungkan arah dan jarak lintasan terhadap suatu titik
patokan yang dapat ditentukan pada peta, misalkan jembatan atau percabangan
sungai. Metoda ini sesuai dengan ciri bentang alam yang tidak dapat dikenali,
misalnya di lembah sungai atau pada daerah yang vegetasinya rapat. Menggunakan
metoda ini dapat dilakukan pengamatan secara lebih teliti dan terperinci,
meskipun waktu yang diperlukan relatif lebih lama.
Selain melakukan pengamatan terhadap
singkapan batuan, juga melakukan pengukuran arah jurus dan kemiringan
perlapisan batuan, ketebalan dan struktur yang ada. Tahapan kerja tersebut
mencakup :
- Pengamatan dan pencatatan terhadap jenis litologi (penamaan batuan), indikasi yang dapat menunjukan adanya perubahan litologi, komposisi batuan, struktur batuan dan batas antar lapisan batuan, ciri lingkungan pengendapan, serta pola jurus batuan.
- Pengamatan dan pencatatan terhadap indikasi struktur geologi.
- Pengambilan contoh batuan untuk analisis petrografi dan paleontologi.
- Pemotretan atau pembuatan sketsa pada objek-objek batuan dan bentang alam yang dianggap penting.
Tambang-veteran.Blogspot.com
3. Analisis Data
1. Analisis Geomorfologi
Analisis geomorfologi ini mencakup
analisis pola pengaliran serta morfografi, morfogenetik dan morfometri.
1. Pola Pengaliran
Kegiatan erosi dan tektonik selain
menghasilkan lembah, juga menghasilkan pola pengaliran yang memiliki hubungan
erat dengan jenis batuan, geologi struktur, kondisi erosi dan sejarah bentuk
bumi. Sistem pengaliran yang berkembang pada permukaan bumi secara
regional dikontrol oleh kemiringan lereng, jenis dan ketebalan lapisan batuan,
struktur geologi, jenis dan kerapatan vegetasi serta kondisi iklim.
Pola pengaliran sangat mudah
dikenali dari peta topografi, terutama pada skala yang besar. Pola pengaliran
pada batuan yang berlapis sangat tergantung pada jenis batuan, sebaran,
ketebalan dan bidang perlapisan batuan serta geologi struktur seperti sesar,
kekar, arah dan bentuk perlipatan.
Howard (1967) memisahkan pola
pengaliran menjadi pola pengaliran dasar dan pola pengaliran modifikasi (Gambar
3.1). Tabel 3.1 memperlihatkan pola dasar pengaliran dengan karakteristik dan
hubungannya dengan kondisi geologi. Definisi pola pengaliran yang digunakan
adalah sebagai berikut :
- Pola pengaliran adalah kumpulan dari suatu jaringan pengaliran di suatu daerah yang dipengaruhi atau tidak dipengaruhi oleh curah hujan, alur pengaliran tetap mengalir.
- Pola dasar adalah salah satu sifat yang terbaca dan dapat dipisahkan dengan pola dasar lainnya.
- Modifikasi pola dasar adalah salah satu perbedaan yang dibuat dari pola dasar setempat.
2. Morfografi, Morfogenetik,
Morfometri
Selain pola pengaliran, aspek yang
diteliti dalam analisis geomorfologi ini adalah aspek Morfografi, Morfogenetik,
Morfometri.
Morfografi merupakan gambaran bentuk
permukaan bumi. Secara garis besar dapat dibedakan menjadi bentuklahan
pedataran, perbukitan / punggungan, pegunungan, gunungapi dan lembah.
Tabel
3.1. Pola pengaliran dan karakteristiknya (Van Zuidam, 1988)
Pola Pengaliran Dasar
|
Karakteristik
|
Dendritik
|
Perlapisan batuan sedimen relatif
datar atau paket batuan kristalin yang tidak seragam dan memiliki ketahanan
(resistant) terhadap pelapukan. Secara regional daerah aliran memiliki
kemiringan landai, jenis pola pengaliran membentuk percabangan menyebar
seperti percabangan pohon rindang.
|
Paralel
|
Pada umumnya menunjukan daerah
yang berlereng sedang sampai agak curam, tetapi biasa juga ditemukan pada
daerah bentuklahan perbukitan yang memanjang. Sering terjadi pola peralihan
antara pola dendritik dengan pola paralel atau trelis. Bentuklahan
perbukitan yang memanjang dengan pola pengaliran paralel mencerminkan
perbukitan tersebut dipengaruhi oleh perlipatan.
|
Trellis
|
Batuan sedimen yangmemiliki
kemiringan (dip) atau terlipat, batuan volkanik atau batuan metasedimen
derajat rendah dengan perbedaan pelapukan yangjelas. Jenis pola pengaliran
biasanya berhadapan pada sisi sepanjang aliran subsekuen.
|
Rektangular
|
Kekar dan / atau sesar yang
memiliki sudut kemiringan, tidak memiliki perulangan lapisan batuan, dan
sering memperlihatkan pola pengaliran yang tidak menerus
|
Radial
|
Daerah vulkanik, kerucut intrusi
dan sisa-sisa erosi. Pola pengaliran radial pada daerah volkanik disebut
sebagai pola pengaliran multiradial.
Catatan : Pola pengaliran radial
memiliki dua sistem, yaitu sistem sentrifugal (menyebar ke luar dari titik
pusat), berarti bahwa daerah tersebut berbentuk kubah, sistem sentripetal
(menyebar menuju titik pusat) berarti bahwa daerah tersebut merupakan cekungan.
|
Anular
|
Struktur kubah / kerucut, cekungan
dan kemungkinan “stock”
|
Multibasinal
|
Endapan permukaan berupa gumuk
hasil longsoran dengan perbedaan penggerusan atau perataan batuan dasar,
merupakan daerah gerakan tanah, volkanisme, pelarutan gamping dan lelehan
salju
|
Pola Pengaliran modifikasi
|
|
Subdendritik
|
Umumnya struktural
|
Pinnate
|
Tekstur batuan halus dan mudah
tererosi
|
Anastomatik
|
Dataran banjir, delta atau rawa
|
Penganyaman
(dikotomik)
|
Kipas Aluvial dan delta
|
Sub-paralel
|
Lereng memanjang atau dikontrol
oleh bentuklahan memanjang
|
Kolinier
|
Kelurusan bentuklahan bermaterial
halus dan beting pasir
|
Subtrellis
|
Bentuklahan memanjang sejajar
|
Direksional
trellis
|
Homoklin landai seperti beting
gisik
|
Trellis
berbelok
|
Perlipatan memanjang
|
Trellis
sesar
|
Percabangan menyatu atau
berpencar, sesar paralel
|
Trellis
kekar
|
Sesar paralel dan / atau kekar
|
Angulate
|
Kekar dan / atau sesar pada daerah
miring
|
Karst
|
Batugamping
|
Tambang-veteran.Blogspot.com
Morfogenetik adalah proses atau
asal-usul terbentuknya permukaan bumi yang diakibatkan oleh proses endogen dan
eksogen, sehingga membentuk dataran, perbukitan/punggungan, lembah, gunungapi,
plato, pola pengaliran dan bentuk lereng tertentu.
Morfometri merupakan penilaian
kuantitatif dari bentuklahan, sebagai aspek pendukung morfografi dan
morfogenetik, sehingga klasifikasi kualitatif akan semakin tegas dengan
angka-angka yang jelas. Elevasi (kemiringan lereng) diperoleh dengan cara
membuat kisi-kisi bujursangkar (gridcells) dengan ukuran 2×2 cm pada
peta dasar. Kemudian pada setiap kisi ditarik tegak lurus kontur dan dihitung
kemiringan lerengnya dengan menggunakan persamaan :
Dimana :
S = Kemiringan lereng (%)
Ic = Interval kontur
N = Jumlah kontur yangterpotong
D = jarak mendatar sebenarnya pada
peta (m)
Kemudian hasilnya diklasifikasikan
ke dalam kelas lereng menurut Van Zuidam (1983), seperti dibawah ini :
Tabel
3.2 Klasifikasi Kemiringan Lereng (Van Zuidam, 1983)
Kelas
|
Slope
(%)
|
Klasifikasi
|
1
2
3
4
5
6
7
|
0
– 2
3
– 7
8
– 13
14
– 20
21
– 55
56
– 140
>140
|
Datar
–hampir datar
Lereng
sangat landai
Lereng
landai
Lereng
agak curam
Lereng
curam
Lereng
sangat curam
Terjal
|
3.Analisis Laboratorium
Analisis yang dilakukan pada contoh
batuan adalah :
- Analisis Fosil
Analisis fosil dilakukan untuk
mengetahui umur relatif dan zona batimetri (kedalaman) batuan dalam
merekonstruksi pembentukan batuan, kondisi geologi daerah penelitian. Fosil
yang dipilih adalah foraminifera palnktonik dan bentik. Dalam melakukan analisis
fosil ini secara garis besar dimulai dari penghalusan sampel batuan, pelarutan
sampel dengan zat pelarut H2O2 dan NaOH selama 15-20
menit, lalu dicuci dengan air, dikeringkan dengan oven, kemudian dilakukan
pemisahan fosil dan dideskripsi dengan memakai mikroskop binokuler.
Dalam analisis umur relatif,
menggunakan kisaran menurut Postuma (1971) untuk foraminifera planktonik dan
menggunakan “East Indian Letter Classification” (van der Vlerk dan
Umbgrove, 1927) untuk foraminifera bentik besar.
Dalam analisis zonasi batimetri,
didasarkan pada genus dan spesies baik foraminifera bentik kecil dan
besar yang mencirikan lingkungan dan batimetri dengan merujuk pada Phleger
(1969).
- Analisis Petrografi
Analisis fisik batuan secara
mikroskopis, bertujuan untuk mengetahui jenis batuan dan klasifikasinya secara
lebih terperinci sehingga dapat dikelompokan menjadi satuan-satuan batuan.
Pengamatan petrografi pada sayatan tipis sampel batuan dilakukan dengan
menggunakan mikroskop polarisator. Analisis dilakukan untuk mengetahui
jenis-jenis mineral dan komposisi yang terdapat pada sayatan tipis, serta
tekstur, untuk penentuan nama batuannya. Penentuan jenis mineral yang diamati
dilakukan dengan mengamati sifat-sifat optiknya.
Penentuan nama batuan
berdasarkan tabel-tabel penamaan batuan untuk mikroskopis, untuk batupasir
berdasarkan klasifikasi Pettijohn, 1975 (Gambar 3.2), tuf menggunakan
klasifikasi Schmidt, 1981 (Gambar 3.3), untuk batuan beku menggunakan diagram
Streckeissen (Gambar 3.4), batugamping menggunakan klasifikasi Dunham, 1962
(Tabel 3.3). Di daerah penelitian, penamaan litologi didasarkan atas
klasifikasi Fisher, 1984 untuk batuan piroklastik
Tambang-veteran.Blogspot.com
Tabel
3.3 Klasifikasi batugamping menurut Dunham (1962).
Depositional
Texture Recognizeable
|
Depositional
Texture Not Recognizeable
|
||||
Original
compositions were not bound together during deposition
|
Original
compositions were bound together during deposition
|
CRYSTALLINE
CARBONATE
|
|||
Contains
mud
|
Lacks
mud
|
BOUNDSTONE
|
|||
Mud-supported
|
Grain-supported
|
||||
Less
than 10% grains
MUDSTONE
|
More
than 10% grains
WACKESTONE
|
PACKSTONE
|
GRAINSTONE
|
||
Tabel
3.4. Klasifikasi Butiran Piroklastik (Fisher, 1984)
Ukuran
Butiran (mm)
|
Piroklastik
|
Tephra
|
Batuan
piroklastik
|
64 mm————–
2mm—————-
1/16mm————
|
-Bom
-Block
———————-
Lapili
———————-
Debu kasar
———————-
Debu halus
|
Aglomerat
———————-
Lapisan lapili
———————-
Debu kasar
———————-
Debu halus
|
-Aglomerat
-Breksi piroklastik
———————-
lapillistone
———————-
Tuf kasar
———————-
Tuf halus
|
4. Analisis Stratigrafi
Data yang dianalisis pada tahap ini
adalah data pengamatan di lapangan dengan ditunjang hasil analisis dari
laboratorium. Pembagian satuan batuan didasarkan pada satuan litostratigrafi
tidak resmi, yaitu penamaan satuan batuan didasarkan pada ciri fisik yang dapat
diamati, meliputi jenis batuan, keseragaman gejala litologi dan posisi
stratigrafinya (Sandi Stratigrafi Indonesia, Pasal 6).
Penentuan urutan stratigrafi di
lapangan berdasarkan pengamatan mengenai struktur batuan yang ada untuk menentukan
top dan bottom dari lapisan, bidang perlapisan untuk mengetahui
hubungan selaras atau ketidakselarasan pada perlapisan dan dengan mengamati
ketebalan dapat pula diketahui hubungan lateral batuan: membaji, melensa dan
menjemari. Variasi litologi dan struktur sedimen dapat menentukan lingkungan
pengendapan. Interprestasi lapangan ini didukung dengan hasil analisis
laboratorium, berupa penentuan umur dan zonasi kedalaman berdasarkan fosil,
serta petrografi.
5.Analisis Struktur Geologi
Kriteria untuk mengenal sesar di
lapangan secara pokok terbagi enam, yaitu: pengulangan atau hilangnya suatu
perlapisan ditinjau dari posisi stratigrafinya, silisifikasi dan mineralisasi,
perubahan fasies secara tiba-tiba, kriteria fisiografis berupa gawir sesar dan
kenampakan morfologi triangular faset, kenampakan karakteristik pada bidang
struktur dan ketidakselarasan perlapisan.
Perlu dilakukan interprestasi
topografi untuk melihat indikasi struktur geologi yang meliputi intreprestasi
kerapatan garis kontur, kelurusan sungai, kelurusan punggungan, pola pengaliran
sungai dan sebagainya.
Untuk mengamati adanya struktur
lipatan di lapangan yaitu dengan melihat perubahan berangsur pada kemiringan (dip)
lapisan batuan, perulangan urutan variasi liotologi, pembalikan dengan
menentukan top dan bottom-nya yang tidak sesuai dengan arah
kemiringan lapisan.
Untuk mengamati keberadaan, arah dan
jenis sesar dilapangan dapat diperkirakan dengan melihat indikasi yang ada
seperti adanya dragfold (lipatan seret), offset litologi,
kekar-kekar, cermin sesar, slicken side, breksiasi, zona-zona hancuran,
kelurusan mata air panas dan air terjun, juga dengan mengamati dan mengukur
data kekar yang berkembang dilapangan serta menganalisisnya dengan statistik
melalui bantuan program “dip”.
Semua indikasi yang telah ditemukan
direkonstruksikan bersamaan dengan rekonstruksi pola jurus batuan yang akan
menghasilkan jenis, arah dan pola struktur geologi yang berkembang di daerah tersebut
yang kemudian dituangkan dalam “Peta Pola Jurus”. Untuk umurnya ditarik
berdasarkan kesebandingan regional atau berdasarkan umur satuan litologi yang
dilaluinya.
Tambang-veteran.Blogspot.com
No comments:
Post a Comment